Harian Ponorogo – Setelah menanti selama 9 bulan, pengungsi tanah gerak Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Ponorogo, yang sementara tinggal di bangunan sekolah, akhirnya dapat bernafas lega.
Pembangunan yang rencananya akan dhuni oleh 42 Kepala Keluarga Desa Tumpuk tersebut sudah berjalan mencapai 38 persen
Meski pekerjaan berjalan sesuai jadwal kalender, intensitas hujan yang tinggi menjadi kendala serius bagi para pekerja yang berusaha mengejar target.
Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo, Masun, menyatakan bahwa kendala cuaca memengaruhi progres pembangunan.
“Ini minggu keempat pembangunan huntara Tumpuk, dari target 42 unit, progresnya sudah diangka 38 persen sesuai jadwal normal mestinya ditanggal 25 sudah dipakai,” ujar Masun, senin (5/12)
Kalaksa menekankan bahwa pada minggu terakhir ini, terjadi perlambatan akibat akses material yang terganggu oleh hujan dan jalan licin.
Selain itu, tenaga kerja yang semula mencapai 70 orang kini menurun 50 persen karena sebagian kembali ke profesi awalnya sebagai petani.
Masun menekankan pentingnya mengatasi kendala tersebut, “Saya sudah ingatkan ke pelaksana agar segera mensiasati material dan menambah tenaga kerja.”
Dalam menjawab kebutuhan sumber air bagi penghuni huntara, BPBD Ponorogo menyiapkan dua skenario. Pertama, menggunakan air dari atas perbukitan, dan kedua, memanfaatkan air tanah.
“Mudah-mudahan dalam 3 minggu ke depan sudah bisa dimanfaatkan air dari atas yang turun ke bawah,” ungkap Masun.
Sementara itu, untuk kebutuhan listrik, pemasangan 6 tiang besar rencananya akan dilakukan dalam minggu ini.
Targetnya, huntara tersebut dapat ditempati pada tahun 2024. Proyek ini menjadi harapan bagi para pengungsi untuk segera mendapatkan tempat tinggal yang layak dan nyaman setelah masa penantian yang cukup panjang.