Ponorogo, Harian Ponorogo – Limbah dan barang bekas kerap kali dipandang sebelah mata sebagai sampah yang tidak berguna. Namun, di tangan kreatif seorang warga Desa Grogol, Ponorogo, limbah tersebut berhasil diubah menjadi karya seni aquascape yang diminati banyak orang, bahkan dari luar Jawa.
Ribut Sasongko, warga desa setempat, menemukan solusi kreatif dalam menghadapi permasalahan limbah yang semakin meningkat. Berawal dari kecintaannya pada seni, Ribut yang sebelumnya membuat hiasan dari semen untuk interior dan eksterior bangunan, menyadari banyaknya limbah seperti kawat, sisa semen, dan jaring yang terbuang sia-sia.
Dari situ, ia terinspirasi untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi sesuatu yang lebih bernilai.
“Berawal dari kekosongan waktu, saya manfaatkan barang bekas seperti pecahan genting dan kawat tak terpakai menjadi barang yang bisa digunakan,” ujar Ribut saat ditemui di kediamannya.
Dari keinginan untuk tidak membiarkan barang-barang bekas di rumah terbuang percuma, Ribut pun memulai proyek pembuatan aquascape, lengkap dengan desain interior yang menakjubkan.
Kini, melalui sentuhan kreatifnya, limbah yang semula tidak bernilai berubah menjadi aquascape dengan harga bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
“Kalau suasana hati sedang baik, saya bisa membuat tiga aquascape dalam waktu tiga hari. Harganya relatif, dari Rp500 ribu sampai Rp3 juta, tergantung tingkat kerumitan dan ukurannya,” jelas Ribut.
Tak hanya warga Ponorogo yang menikmati hasil karya Ribut, aquascape buatannya juga diminati oleh pelanggan dari luar Jawa, seperti Bandung, Malang, hingga Kalimantan.
Ribut pun membuktikan bahwa dengan kreativitas dan ketekunan, limbah yang sebelumnya tak bernilai bisa menjadi karya seni yang mendatangkan penghasilan.
Kesuksesan Ribut Sasongko menjadi contoh nyata bahwa barang bekas, jika diolah dengan kreativitas dan ketekunan, bisa memiliki nilai ekonomi tinggi dan bahkan membawa pengaruh positif terhadap lingkungan sekitar.
Desa Grogol, Ponorogo, kini dikenal berkat inovasi warganya yang berhasil mengubah limbah menjadi seni bernilai tinggi.