Ponorogo,Harian Ponorogo – Kehadiran hujan di tengah puncak musim kemarau menjadi berkah tersendiri bagi sebagian warga Ponorogo yang selama ini kesulitan mendapatkan akses air bersih.
Beberapa hari terakhir, warga yang terdampak kekeringan berinisiatif menampung air hujan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ahmad Rokim, warga Dusun Dungus, Desa Karangpatihan, Kecamatan Pulung, misalnya. Ia mengalirkan air hujan dari talang rumah langsung ke sumur. Meski jumlahnya tidak terlalu banyak, air hujan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya selama beberapa hari ke depan.
“Sayangnya, hujan pertama itu belum sempat kita tampung karena khawatir hanya sebentar. Ternyata hujannya terus beberapa hari,” ujar Ahmad.
Sebelum digunakan, air hujan yang tertampung di sumur disaring terlebih dahulu menggunakan filter sederhana yang terbuat dari potongan kain yang disumbat di ujung talang.
Meski belum teruji secara ilmiah, Ahmad yakin cara ini cukup efektif untuk menyaring kotoran. “Airnya sebagian kita simpan di ember. Karena masih banyak, kita alirkan ke sumur agar tidak terbuang percuma,” imbuhnya.
Hal serupa dilakukan oleh Nur Farida, warga desa yang sama. Ia memanfaatkan belasan galon bekas untuk menampung air hujan. Air tersebut digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci.
“Kalau mengandalkan bantuan saja takut kurang, jadi air hujan ini kita pakai untuk mandi atau cuci piring saja, tidak masalah,” kata Farida.

Kalaksa BPBD Ponorogo, Masun, membenarkan bahwa saat ini masih ada sekitar 1.500 kepala keluarga yang terdampak kekeringan. Pihaknya telah menyalurkan bantuan air bersih secara rutin, termasuk ke Dusun Dungus.
Namun, Masun memprediksi hujan yang terjadi saat ini hanya bersifat sementara.
“Saat ini puncak musim kemarau, prediksi kami sampai satu atau dua bulan ke depan,” jelasnya.